Sabtu, 17 Juli 2010

KAMU..

Dia.....,
Sang maharani tegar penjelajah diantara bintang-bintang,
sinar matanya menghanguskan tanah basah,
Kau....,
sepotong dahan rapuh tergolek terselimuti debu,
merangkak, tertatih dalam badai kesepian..

Dia...,
bunga karang bersayap elang,
Kau...,
bunga rumput tertutup ilalang,

tapi aku tak bisa membedakan saat kau dan dia cemburu,
karena kau dan dia adalah kamu !


Juli 2010
dibuat: 10 Desember 09

Senin, 05 Juli 2010

Percikan: Balada Rumah Simbah



















Pagi,
serasa seperti kemarin,
masih terasa tanah hangat, lembut di telapak kakiku
saat aku menapak pekarangan itu..
masih terasa aura kehangatan merambat memeluk rasaku..

“Tholee…, ojo ngidak-idak kebooonn..”

terngiang seruan mbah wedok,
ketika kaki kecilku melangkah cepat, berlarian
mengejar kinjeng yang terbang di atas kebun singkong..

Masih terasa,
bau asap dapur waktu pagi
saat mbah wedok dan mbokdhe mengukus nasi
dengan kukusan bambu,
memasak sayur dengan kwali gerabah.
fuuuh...!!
fuuuuhh...!!
suara khas pipa bambu yang ditiup simbah
untuk menambah nyala api kayu bakar..

Suara rancak, ramai,
percakapan di dapur waktu itu...
membuat perut makin lapar melilit...
”....sabar sik yo le.......”
kata mbokdhe menyejukkan..

(pada saatnya waktu makan sungguh nikmat dengan nasi dan sayur
Terhidang di atas tikar mendong...
Menu sederhana, yang menorehkan kenangan panjang...)

Siang,
burung bangau melayang meniti angin tinggi di langit
kicau beranjangan merobek kelengangan langit..
belalang coklat melompat-lompat menari-nari di antara tanaman singkong..
menegakkan harkat kehidupannya..
garengpung mendenging,
menyuarakan pergantian musim masuk kemarau.
burung alap-alap terbang melingkar lingkar
mencari sasaran dengan pekikan membelah awan..
kapuk randu pun melayang setelah buah keringnya memecahkan diri,
gumpalan kapuk membawa biji masak yang siap tumbuh
dan hinggap di bumi untuk melahirkan generasi baru.

Di dukuh Tasgunting terwujud
kearifan alam mengatur aliran kehidupan dengan keajaibannya

Di sana...
Teriakan perempuan di pematang sawah
Lantang, mengusir pipit kecil pemakan padi..
Bau sawah merongga, menyegarkan..

Oooo, ketentraman..

Malam,
Waktunya binatang malam berpesta,
Bernyanyi dalam paduan harmoni alam semesta..
Ramai suara jengkerik, gangsir
Bersahutan dengan bunga nangka tua yang melepaskan ledakan ..
Berdendang dalam keheningan.....

Jalanan sunyi,
Orang-orang pun beristirahat setelah seharian berkutat
Merenda kehidupan, merajut aliran nafas,
Menghargai hidup dengan cara mereka..

Disini,
Simbah mendongeng, dengan suara yang menentramkan..
Othak-othak ugel,
Pak duur,
Ande-ande lumut,
Bawang putih,

Kadang dengan diselingi tembang….

(masih seperti dongeng yang kemarin malam..
namun aku masih suka mendengarkannya..
bahkan jika ceritanya menyeramkan pun,
meski aku sangat tahu alurnya, masih saja badanku mengkerut
merapat dipelukan simbah..)


Begitulah simbah,

Aku kangen simbah,
Aku kangen rumah simbah yang selalu memberi ketentraman
Aku kangen dengan sedulur yang suka berkumpul di desa,

Epilog:

Di tempat jauh ini,
Rasaku selalu menelisik hingga ke sana,
(sungguh aku merasakan bau tanahnya.....)
Meskipun saat ini tempat itu tinggal kepingan,
Dan tak lama lagi pun habis tak berbekas...
Namun,
Pikiran, rasa, jaringan darah, nafasku..
Masih tertinggal di desa simbah...
Terukir, menjadi prasasti keabadian...

Desa simbah....
Ada dimana-mana...
Di hati kita para cucu, buyut cicit…sedulur waris....
Generasi penerus.....
Membangun keindahan demi keindahan,
Menjalankan jiwa satria utama...
Berbudi bawa leksana....
Hingga simbah pun bangga memiliki cucu, buyut, cicit, kita..

Do’a kami untukmu simbah, pakdhe, mbokdhe… sedulur..

(alfaatihah….)

Juli 2010

Jumat, 02 Juli 2010

Nyidam Sari

senjakala itu mulai ranum menggoda
ketika merpati mulai mengepakkan sayapnya Penuh risau...
membungkus ingatan dalam sederet peluh

Ah... ternyata dunia ini begitu penuh cerita
tentang engkau, aku, dan lautan kata
semua tiba-tiba saja berebut, berlomba,
bersisian, berpeluk, menciptakan riuh, menciptakan gaduh . . . ,

di antara degub jantung yang tak terfahamkan akal sehat
tahukah engkau tetesan hujan telah berjuntai, berurai
di tengah kemarau yang mencetak waktu
bertebaran..
berhamburan..
beningnya erat membungkus dahaga
sejuk.. ciptakan tenang
pada sekujur nadi

lantas apalagi yang harus dipertanyakan...?
biarkan saja merpati itu melintas cakrawala Mengais langit,
atau Menjejak bumi
yakinkan saja pada jiwa yang telah letih,
bahwa dia, pasti tahu dimana harus kembali...

(nyatanya memang begitu....)

aku masih setia menunggumu
di bawah kerimbunan pohon besar,
di alun-alun kota....
untuk pertemuan kita nanti..

(Duh wong ayu pepujaning ati
mung sliramu... kang tansah nglelewa
rina kelawan wengine
rasane wong lagi gandrung
hamung eling sira wong manis
batin ora kuwawa
nandang lara wuyung
ing kawula paring usada
mring wakmami kang lagia hanyidam sari
uga nandang asmara)


.

Kamis, 01 Juli 2010

Ketika senja enggan berkaca...?

Sang renta tertatih-tatih,
mengais matahari pagi di tumpukan sampah,
mengabaikan serakan awan dan hujan yang menyapa...,
adakah yang didapat?
senja kelam semakin menggayut...
adakah purnama tiba?

Waaa...
dia merasa gagah,
dia lupa tongkat penopang
tak pernah lepas dari genggaman..

Waaa..
Dia bicara beningnya embun,
dia lupa gerak tangan dan badannya,
bahkan dalam benaknya,
meruang hawa fidunya...

Ooalah Gustiii,
itukah keseimbangan yang terlepas?
itukah kewaskitaan yang tak berarah?

laaaa...
pukla..puklaa..puk..lapuk..puk..
tepukan malaikat mengetuk pintu..
pukla..puklaa..puk..lapuk..puk..
langkah malaikat yang mendekat..

laaaa...
laa illaaha illa-Allaaaaah...

Duh Gusti Allah,
Cukupkan aku dari rancaunya dzikir,
biarkan aku tetap menjadi hamba bagi-Mu saja
yang tak perlu riya' tentang..
keimanan...
ketuhanan...
keyakinan...
juga,
sepercik "kebisaan" yang Engkau beri...

laa illaaha illa-Allaaaaah...

semoga dzikirku tak pernah renta
tentang-Mu.......

(sungguh elok: waktu aku dan el berbagi tutur)



.

Oseng Kangkung: Misteri kopi pagi

entah kenapa kau suka kopi,
kebetulan ada kesamaan selera,
kebetulan juga aku penggemar kopi,
bukan maksud memaksakan kehendak...
bukan pula sebagai pembela kebetulan,

tahukah kamu,
dalam benakku terasa kehangatan kopi pagi,
mengalir hingga keujung,
duh, menyiram otak dan menyegarkan...
saat "melihatmu" tanpa tahu dimana kau..
dan akupun tak hendak tanya arah...
akan kemana..

begitu dekatnya,
banyak yang ingin kuceritakan..
banyak yang ingin kukatakan..
sebanyak benak ini menyimpulkan dalam gulita..

aku kira itu bukan sekadar kopi..
kenapa ada kilasan cahaya?
ada misteri yang membuat lupa...
aneh dan unik..
Semakin jauh makin tak mudah,

untaian kata yang kau rangkai sungguh menjebak,
menjadi kafein yang membuatku ketagihan...
menyegarkan, sekaligus melumpuhkan..
kadang dendang riang dengan canda tawa,
kadang engkau begitu ringkih.. rapuh..
namun sekali waktu muncul kegarangan..

ada misteri yang menyergap kesadaranku..
saat aku larut dalam dukamu..
ikut trenyuh dalam rintihanmu..
dan terayun dalam kehalusan rasamu....

atau itukah sejatinya secangkir kopi,
hingga aku pun menikmatinya dengan kehangatan cinta..
Bahkan aku tak peduli, meski harus duduk sendirian dalam gelap....